Maret 2016, Kota Bandar Lampung mengalami inflasi yaitu sebesar 0,49 persen setelah bulan sebelumnya mengalami deflasi. Enam kelompok pengeluaran memberikan andil inflasi di Kota Bandar Lampung yaitu kelompok bahan makanan memberikan andil inflasi sebesar 0,38 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,07 persen; dan kelompok kesehatan sebesar 0,02 persen; kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 0,02 persen; kelompok sandang dengan andil inflasi 0,01 persen; dan transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,01 persen. Sedangkan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar memberikan andil deflasi sebesar 0,02 persen.
Beberapa komoditi yang dominan memberikan andil inflasi diantaranya bawang merah, cabai merah, bawang putih, cabai rawit, rokok kretek filter, nangka muda, mobil, rokok kretek, tomat sayur, dan jengkol.
Berdasarkan penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK), inflasi Kota Bandar Lampung terjadi karena adanya kenaikan indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 1,70 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau naik sebesar 0,42 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga naik 0,31 persen; kelompok kesehatan naik 0,20 persen; kelompok sandang naik 0,15 persen; kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan naik 0,08 persen. Sebaliknya kelompok perumahan mengalami penurunan indeks sebasar 0,13 persen.
Inflasi Kota Bandar Lampung menempati peringkat ke-13 dari 82 kota yang diamati perkembangan harganya. Dari 82 kota, 58 kota mengalami inflasi dan 24 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Bukittinggi sebesar 1,18 persen, sedangkan inflasi terendah terjadi di Tangerang sebesar 0,02 persen. Deflasi tertinggi dialami Tanjung Pandang sebesar 1,18 persen, deflasi terendah dialami Mamuju sebesar 0,02 persen.
Kota Bandar Lampung, pada Maret 2016 berdasarkan penghitungan inflasi tahun kalender (point to point) adalah sebesar 0,24 persen dan inflasi year on year (yoy) adalah sebesar 5,37 persen.