Pada Juli 2018, Kota Metro mengalami deflasi sebesar 0,05 persen karena adanya penurunan indeks dari 138,44 pada Juni 2018 menjadi 138,37 pada Juli 2018. Empat kelompok pengeluaran memberikan andil dalam pembentukan deflasi, yaitu kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,0651 persen; diikuti kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,0077 persen; kemudian kelompok kesehatan sebesar 0,0023 persen dan kelompok sandang sebesar 0,0010 persen. Sebaliknya, kelompok pengeluaran yang memberikan andil dalam pembentukan inflasi, yaitu kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,0013 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,0042 persen dan kelompok bahan makanan sebesar 0,0188 persen.
Beberapa komoditas yang dominan memberikan andil deflasi diantaranya bawang merah, angkutan antar kota, beras, bawang putih, minyak goreng, sabun detergen, air kemasan, apel, tarif kendaraan travel dan bayam.
Inflasi Kota Metro menempati peringkat ke-71 dari 82 kota yang diamati perkembangan harganya, terdapat 14 kota IHK mengalami deflasi dan 68 kota mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Ambon sebesar 1,45 persen dan deflasi terendah terjadi di Palembang sebesar 0,01 persen. Sedangkan Inflasi tertinggi terjadi di Sorong sebesar 1,47 persen dan inflasi terendah dialami Surabaya sebesar 0,03 persen.
Kota Metro, pada Juli 2018 berdasarkan penghitungan inflasi tahun kalender (Point to Point) adalah sebesar 0,86 persen dan inflasi year on year (YoY) adalah sebesar 1,38 persen.