Pada September 2018, Kota Metro mengalami deflasi sebesar 0,19 persen karena adanya penurunan indeks dari 138,65 pada Agustus 2018 menjadi 138,39 pada September 2018. Dua kelompok pengeluaran memberikan andil dalam pembentukan deflasi, yaitu kelompok bahan makanan sebesar 0,2908 persen dan kelompok kesehatan sebesar 0,0082 persen. Sebaliknya, lima kelompok pengeluaran memberikan andil dalam pembentukan inflasi yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,0401 persen; diikuti kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,0219 persen; kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,0218 persen; kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,0136 persen dan kelompok sandang sebesar 0,0108 persen.
Beberapa komoditas yang dominan memberikan andil deflasi diantaranya cabai merah, bawang merah, daging ayam ras, telur ayam ras, gula pasir, minyak goreng, udang basah, tomat sayur, cabai rawit dan daging sapi.
Inflasi Kota Metro menempati peringkat ke-38 dari 82 kota yang diamati perkembangan harganya, 16 kota IHK mengalami inflasi dan 66 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Bengkulu sebesar 0,59 persen dan inflasi terendah dialami Bungo sebesar 0,01 persen. Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Pare-Pare sebesar 1,59 persen dan deflasi terendah terjadi di Samarinda dan Ternate sebesar 0,01 persen.
Kota Metro, pada September 2018 berdasarkan penghitungan inflasi tahun kalender (Point to Point) adalah sebesar 0,87 persen dan inflasi year on year (YoY) adalah sebesar 1,42 persen.